Untuk sebuah film
drama-musikal(yang penulisannya di XX* ternyata typo mulu) tentu Les Misérables jadi yang teranyar dari beberapa waktu
terakhir ini. Mungkin, karena saya bukan penggemar genre ini jadi jarang
menonton film musikal yang ngebuat saya kurang tahu film lainnya dalam waktu
dekat ini.
Gw coba menelusuk sedikit lebih dalam
kedalam les mis,
(padahal baca baca wikipedia sama imdb)
Les Misérables adalah sebuah novel karya Victor Hugo yang terkenal
di Perancis, dipublish tahun 1862 dan dianggap sebagai karya yang sangat
brilian di abad ke 19. Menunjukkan sejarah perancis, politik, filosofi, agama,
romansa dan cinta kasih keluarga.
Difilmkan sampai ini setidaknya 7 film sejak tahun 1934 hingga yang terakhir tahun 2012 menjadi nominee oscar, pemenang
Golden Globe di “Suddenly” sebagai original song,best picture for musical or
comedy, Hugh Jackman sebagai Best Performance by an Actor, Anne Hathaway
sebagai Supporting Actress dan banyak
awards lainnya.
Nonton
ini,dirumah karena ga bisa ke bioskop dalam keadaan cacar air, bisa diusir
orang nanti kalau maksa. Untungnya pilihan nonton dirumah cukup tepat karena
ternyata seperti waktu saya nonton Edward Scissorhandsnya Tim Burton saya banyak mem-pause film karena emang payah
aja gakuat hehe.
Oke apa sih ceritanya?
Seorang tahanan
bernomor 24601 yang bernama asli Jean Valjean(Hugh Jackman) yang dipenjara
karena mencuri roti untuk makan adiknya. Dia dibebaskan bersyarat dari penjara
karena sudah waktunya dia keluar dengan syarat melapor pada petugas yang
berwenang di daerah itu. Akan tetapi Inspektur Javert (Russel Crowe) tidak
mempercayai bahwa dia sudah berubah, sehingga dia bersumpah akan mengejar
Valjean jika dia melakukan kejahatan. Valjean pun tidak bisa bertahan karena
tidak ada yang mau mempekerjakannya karena dia seorang Wolveri..eh salah…
seorang penjahat yang pada kertas identitasnya dicap penjahat.
Tidak diterima
oleh sosial yang bahkan tidak lebih baik dari dirinya menuntun Valjean kepada
seorang Pastur di Gereja yang menjanjikan hidup untuknya. Disini pun ia
mendapat ilham untuk menjalani hidup lebih baik.
Selang 8 tahun
kemudian dia berhasil menjadi Walikota di Montreuil-sur-Mer dan memiliki sebuah
pabrik. Fantine (Anne Hathaway) salah seorang pekerjanya diketahui diam-diam
mengirim uang pada anaknya, Cossete( Isabelle Allen) yang tinggal dengan
keluarga Thenardiers ( Sascha Baron-Cohen dan Helena Bonham Carter).
Karena
merupakan suatu ancaman maka Fantine dipecat oleh tangan kanan Valjean (michael
Jibson). Tidak butuh waktu lama, demi menghidupi anaknya dia menjual diri
sebagai pekerja prostitusi. Fantine pun bertemu masalah karena ada pelanggan
yang abusive. Melihat itu Inspektur Javert menangkapnya.
Beruntung
Valjean ada disitu. Dia menyelamatkan Fantine dan dibawa ke rumah sakit. Pada
saat itu Javert pun mengetahui bahwa Valjean adalah incaran dia. Di rumah sakit
mengetahui cerita Fantine, Valjean pun bersumpah untuk mencari dan mengurus
Cosette seperti anaknya sendiri.
Sayang…Javert
mengejar…
So what’s
your point Ndo?
Sebagai film
musikal, Les Mis seru sekali, nyanyian para aktor dan aktrisnya membahana megah
dan indah seperti menonton opera yang tersaji dalam bentuk film. Saya sangat
suka Anne Hathaway ketika proses transformasi menjadi prostitusi menyanyikan
sebuah lagu I Dreamed a Dream (semoga
benar) yang terasa sangat menjiwai dalam setiap kata yang diucapkannya. Membuat
saya sing-a-long dalam kesedihannya. Banyak juga lagu lain dalam film ini yang
indah sekali namun saya tidak bisa ingat karena yah setiap dialognya aja nyanyi
hehehe.
pas adegan ini
Saya senang sekali dengan penggambaran yang diciptakan oleh
Les Mis. Penggambaran perancis yang seperti khayalan saya ketika membaca
sejarah, penuh dengan hal kotor, memilukan dan ketimpangan sosial yang menyayat
hati, Disini pun saya menyadari ketika “Do
You Hear the People Sing?” Dinyanyikan oleh rakyat bahwa orang Perancis itu memang
gila. Sedikit bercerita mengenai pengalaman saya di Manchester, saya sekolah
bersama kurang lebih 70 orang perancis. Setiap hari, betul betul setiap hari
setiap malam kita berjalan menuju bar selalu mereka nyanyikan “La Marseillaise”
dan lagu nasional lainnya tanpa peduli mereka ada di tanah siapa dan apa
pendapat orang. Karena..ya balik lagi ke apa saya bilang. Orang perancis itu
dapat menjadi gila, vokal tetapi manis dalam satu waktu. Kebersamaan adalah
nomor satu bagi mereka.
gw yang kulitnya item sendiri. skip. skip.
Mungkin sedikit yang memiliki pengalaman seperti saya
dalam hal “mengerti” orang perancis ini, tapi jelas satu hal untuk saya mengapa
film ini terkesan hebat sekali karena penggambarannya setiap detail
menunjukkan hal yang dimiliki mereka. Kita dapat belajar banyak kebudayaan atau mungkin habit masyarakat perancis dari film ini.
Suatu penggambaran yang brilian dalam kemasan musikal. Seperti setelah menonton
film action saya menjadi sok gagah, maka setelah menonton ini kenyataannya saya
berusaha menyanyikan setiap perkataan saya dengan logat sok perancis. Nyokap pun jadi nyangka gw belom minum obat lagi di
kloter terakhir hari ini. Merci Les Misérables!